Laskar Pencerah (Subtitel Bahasa Inggris)  (2011)

Diunggah : 2018-01-15 13:49:36
Judul Asli :
Tahun Produksi : 2011
Produser : Galih Firdaus
Sutradara : Vani Dias Adiprabowo
Negara Produksi :
Durasi : 26:48 Menit
Selengkapnya

Salatiga Jawa Tengah 2007. Nampak papan Komunitas Belajar Sayap Garuda dan lelaki Pak Baharudin ( 36 tahun ) berambut agak panjang yang sedang menyapu dedaunan kering di pelataran aula komunitas belajar. LASKAR (15 TAHUN)seorang laki-laki bertubuh kurus , baru selesai mengelap tubuh BAPAK ( 45 tahun ) dan menggantikan baju bapak yang sedang terbaring sakit di tempat tidur. Setelah selesai mengurusi bapak, ia pergi membantu IBU ( 40 tahun ) membuka warung. Ditempat yang berlainan seorang siswi bernama ULA (14 TAHUN) menaiki sebuah angkutan umum, duduk bersebelahan dengan anak yang menggunakan atribut lengkap sekolahan. Ketika kernet angkutan baru menagih tarif angkutan, Ula membayar tarif angkutan dengan harga anak sekolah seperti biasanya, sang kernet baru ini merasa keberatan dan meminta bayaran lebih karena Ula dianggap penumpang umum yang harus membayar lebih dari anak yang menggunakan atribut sekolahan. Antara Ula dan si kernet angkutan mengalami perdebatan karena Ula bersikeras menganggap ia juga seorang siswi sekolah. Laskar yang baru selasai mandi berkemas untuk segera menuju sekolah. Tampak Laskar berhati-hati keluar rumah agar tidak ketahuan ibu yang melarangnya untuk sekolah. Laskar berjalan menghampiri Pak Tholib ( 55 tahun ) yang sedang berada di atas sampan. Laskar lalu menaiki sampan pak Tholib, dan lalu mendayung sampan ke suatu tempat. Pak BAHARUDIN sedang duduk di antara para siswa. Mereka duduk membentuk sebuah lingkaran. Pak Baharudin memberikan sebuah pengumuman mengenai sebuah sayembara penulisan gagasan atau ide. Gagasan atau ide yang terbaik akan dikirim ke China. Tampak begitu serius mendengar perkataan Pak Baharudin. Tidak jauh dari Ula , ZUL ( 15 tahun ) begitu antusias menanggapi sayembara ini, dan mengklaim bahwa ia yang akan menang. Tidak lama Laskar yang baru datang dengan wajah yang kelelahan langsung bergabung dalam forum, ia hanya sebentar memperhatikan isi forum dan tidak lama ia ketiduran. Mendapati Laskar yang ketiduran, Pak Baharudin menyuruh seorang siswa untuk mengambil bantal dan kemudian diberikan kepada Laskar. Para siswa berkemas untuk pulang. Terlihat Ula sedang berbincang mengenai sayembara gagasan atau ide kepada pak Baharudin. Pak Baharudin memberikan masukan bahwa tidak perlu bingung untuk memikirkan isi gagasan karena semua gagasan dan ide dapat diperoleh dari lingkungan sekitar. Sekilas terlihat Ula memperhatikan Laskar yang masih asik tertidur di pelataran Aula. Setelah berbicara, Ula lalu menghampiri Laskar. Laskar yang masih tertidur dihampiri oleh Ula. Laskar lalu terbangun dan mereka lalu mengobrol mengenai sayembara menulis yang berhadiah ke China. Laskar sangat tertarik untuk mengikuti sayembara tersebut. Laskar dan Ula mengobrol mengenai tema gagasan yang akan diangkat mereka. Ketika asyik mengobrol datang Zul dengan sepedanya. Zul mengendarai sepedanya seolah-olah akan menabrak Laskar, namun Laskar sigap. Zul lalu meneriaki mereka dan berteriak bahwa ia yang akan pergi ke China. Laskar terlihat bingung untuk memulai menulis gagasan dan ide tersebut. Dan tidak lama ia segera menulis gagasannya, tapi tidak lama suara ibu terdengar memanggil namanya. Laskar lalu berhenti menulis dan masuk ke dalam rumah. Laskar sedang merawat bapaknya yang sedang terbaring sakit. Sedang ibunya bercerita mengenai keluhannya akan keadaan keluarga mereka. Ibu mencoba memberi pengertian mengapa ia melarang Laskar untuk sekolah. Para siswa sedang asik belajar di forum masing-masing. Namun ada sebagian siswa terlihat terpisah dari forum untuk menulis gagasan sayembara. Ula sedang melihat lihat buku di rak aula, sekilas ia seperti sedang memperhatikan sekitarnya untuk memastikan Laskar berada disana, sedang Zul masih berbual pada teman-temannya, mengenai gagasannya dan mengatakan bahwa ia yang akan menang dalam sayembara tersebut. Laskar diam-diam berangkat sekolah. Namun ia tidak berhasil, karena kedapatan oleh ibunya. Ibunya lalu marah besar mengetahui Laskar akan berangkat ke sekolah dan memukul tubuh Laskar berkali-kali dengan buku yang dibawa Laskar. Lalu membuang buku Laskar ke arah rawa. Waktu pengumpulan tulisan semakin dekat. Ula mulai mengkhawatirkan Laskar yang sudah tidak pernah datang ke sekolah. Ia bertanya kepada teman-teman Laskar alamat rumah Laskar agar ia dapat berkunjung menjenguk Laskar. Laskar sedang merawat ayahnya. Tidak lama Ula datang mengunjungi. Mengetahui teman sekolahannya datang, Laskar lalu membawa ke suatu tempat untuk berbicara sebelum ketahuan oleh ibunya. Laskar menjelaskan kepada Ula mengenai alasan dan keadaannya mengapa tidak ke sekolah. Ula merasa terharu mendengar Laskar bercerita. Ula lalu menyarankan Laskar untuk tetap menulis dan akan terus mendukung Laskar. Namun Laskar bingung karena ia sudah tidak punya buku. Ula lalu meminjamkan buku kepada Laskar. Hari sudah semakin sore, Ula memutuskan untuk pulang. Ula yang berada di atas sampan, masih sedih mendengar kisah Laskar. Tanpa dia sadari air matanya keluar dan mendoakan Laskar semoga berhasil. Laskar terlihat gusar, berkali-kali ia melihat ke arah ibunya. Setelah memastikan ibunya sudah tidur, ia lalu mengambil buku yang dipinjamkan oleh Ula. Kemudian Laskar pergi menulis di pondok depan rumahnya. Hari pengumpulan gagasan dan ide tiba. Para siswa termasuk Ula dan Zul mengumpul ide dan gagasan yang telah ditulis. Waktu semua gagasan terkumpul dan telah dibacakan semua, tampak dari kejauhan Laskar berlari sambil membawa tulisannya. Melihat kedatangan Laskar, Ula pun tersenyum senang. Laskar mengumpulkan tulisan dan membacakannya. Mereka harus menunggu beberapa saat untuk menunggu hasil penilaian. Hasil penilaian-pun telah keluar. Pak Baharudin mengumumkan siapa yang menjadi pemenang sayembara tersebut. Yakni Ula dan Laskar. Melihat keadaan tersebut, Laskar lalu mengundurkan diri dan mengusulkan Ula saja yang berangkat ke China karena alasan ia harus merawat bapaknya dan ia mengusulkan hadiahnya diganti dengan mencetak ide - ide tulisan para murid menjadi sebuah buku yang kelak akan bermanfaat. Keputusan tersebut membuat Pak Baharudin di ruangan merasa terharu dan bangga akan keputusan yang dibuat Laskar.