Perjalan Festival Film Indonesia dari Tahun Ketahun

2019-11-08 Festival Film Indonesia

blog image

Festival Film Indonesia (FFI) merupakan ajang penghargaan tertinggi bagi dunia perfilman di Indonesia. Banyak cerita yang menghiasi penyelenggaran FFI dari tahun ketahun. Sejarahnya FFI pertama kali diselenggarakan pada tahun 1955, 3 tahun setelah itu sempat vakum sempat vakum dan tidak diselenggarakan akhirnya diadakan kembali pada tahun  1960 dan 1967 (dengan nama Pekan Apresiasi Film Nasional), sebelum akhirnya mulai diselenggarakan secara teratur pada tahun 1973.

Beberapa kali penyelenggaraan FFI vakum. Hal ini diakibatkan kondisi politik yang tidak menentu pada tahun 1960. Mulai penyelenggaraan tahun 1979, sistem Unggulan (Nominasi) mulai dipergunakan. Pada tahun 1980-an acara Festival Film Indonesia masih diadakan tiap tahun untuk memberikan penghargaan kepada insan film Indonesia pada saat itu. Tetapi karena satu dan lain hal perfilman Indonesia semakin turun pada tahun 1990-an yang membuat hampir semua film Indonesia berkutat dalam tema-tema yang khusus orang dewasa. 

Kematian industri film ini juga ditunjang karena pesatnya perkembangan televisi swasta, serta munculnya teknologi VCD, dan DVD yang menjadi pesaing baru. Hal inilah yang membuat Festival Film Indonesia 1992 menjadi Festival Film Indonesia terakhir sebelum mengalami masa vakum dan diselenggerakan kembali tahun 2004.

Kembalinya Festival Film Indonesia ditunjukkan dari kondisi perfilman Indonesia yang mengalami pertumbuhan jumlah produksi yang banyak. Hal inilah yang kemudian membuat Festival Film Indonesia kembali diadakan pada tahun 2004. 


Pada Festival Film Indonesia 2006 mengundang kontroversinya sendiri, ketika film Ekskul dinyatakan sebagai Film Terbaik. Penobatan Ekskul sebagai Film Terbaik menuai kontroversi dari Masyarakat Film Indonesia (MFI). MFI yang terdiri dari sejumlah insan perfilman di antaranya Sutradara Riri Riza dan Mira Lesmana yang memprotes penyelenggaraan FFI 2006, karena telah memberikan penghargaan Film terbaik pada film Ekskul dan Sutradara Terbaik pada sutradaranya, Nayato Fio Nuala yang menurut mereka sarat dengan unsur plagiat. 

Akibatnya kemenangan film ini dibatalkan berdasarkan Surat Keputusan (SK) bernomor 06/KEP/BP2N/2007, tentang Pembatalan Piala Citra Utama untuk Film Terbaik dan Piala Citra untuk Sutradara Terbaik Festival Film Indonesia 2006 itu ditanda-tangani oleh ketua Badan Pertimbangan Perfilman Nasional (BP2N), Deddy Mizwar.

Perbaikan Festival Film Indonesia terus dilakukan pasca kontroversi Ekskul tersebut, termasuk dalam bidang penjurian dan pelaksanaan FFI. Hal tersebut dilakukan untuk semakin meningkatkan mutu dan objektivitas penjurian sehingga hasilnya bisa lebih dipertanggungjawabkan. Penyelenggara pun silih berganti, mulai dari Komite Festival Film Indonesia yang menggantikan Badan Pertimbangan Perfilman Nasional sejak 2009 hingga berdirinya Badan Perfilman Indonesia (BPI) tahun 2014.

Pada penyelenggaraan Piala Citra 2019 ini Lukman Sardi, selaku Ketua Komite FFI 2018-2020, menyampaikan, “Bersama Badan Perfilman Indonesia (BPI), Komite FFI melakukan evaluasi untuk mencari tahu apa yang harus diperbaiki tahun ini. Terutama yang penting adalah penilaian, supaya kita dapat menghasilkan yang lebih baik lagi.” Ia menambahkan, “Tugas Komite FFI pertama ini membentuk fondasi. Tentunya perlu proses, tapi kita pastikan akan diperkuat dengan organisasi yang lebih rapi.”

Setelah dua tahun sebelumnya menerapkan sistem baru, penilaian semakin diperkuat dengan penambahan proses seleksi. Tahun ini dibentuk tim seleksi yang berisikan kurator dari berbagai profesi, yaitu akademisi, jurnalis, dan pekerja film. Mereka bertugas menyeleksi seluruh film yang lulus sensor dan ditayangkan di bioskop Indonesia untuk dikerucutkan menjadi daftar pendek berisi sekitar 30-50 film. 

Film-film terpilih ini kemudian akan dinilai oleh asosiasi profesi untuk menetapkan nominasi dalam beberapa kategori. Pemilihan pemenang kemudian akan dilakukan dengan mekanisme voting oleh anggota FFI yang mengkonfirmasikan diri untuk ikut voting tahun ini. Film yang berhak mengikuti seleksi adalah film yang sudah ditonton di bioskop periode 1 Oktober 2018 - 30 September 2019 (umum/ berbayar/ pemutaran khusus). Pengumuman nominasi katagori Piala Citra 2019 akan dilaksanakan tanggal 12 November 2019. Dan tanggal 8 Desember 2019 adalah pengumuman seluruh pemenang Festival Film Indonesia 2019.

Berikut katagori Piala Citra 2019 diantaranya: 
1. Film Terbaik
2. Sutradara Terbaik
3. Penulis Skenario Cerita Asli Terbaik
4. Penulis Skenario Cerita Adaptasi Terbaik
5. Pengarah Sinematografi Terbaik
6. Pengarah Artistik Terbaik
7. Penata Efek Visual Terbaik
8. Penyunting Gambar Terbaik
9. Penata Suara Terbaik
10. Penata Musik Terbaik
11. Pencipta Lagu Tema Terbaik
12. Penata Busana Terbaik
13. Penata Rias Terbaik
14. Pemeran Utama Pria Terbaik
15. Pemeran Utama Wanita Terbaik
16. Pemeran Pendukung Pria Terbaik
17. Pemeran Pendukung Wanita Terbaik

Film-film yang masuk daftar pendek pilihan Tim Kurator Piala Citra Festival Film Indonesia 2019, kategori Film Panjang: 

1. 27 Steps of May (Ravi Baharwani/Green Glow Pictures) 

2. 6,9 Detik (Lola Amaria/Lola Amaria Production) 

3. A Man Called Ahok (Putrama Tuta/The United Team of Art) 

4. Ambu (Farid Dermawan/Sky Tree Pictures)

5. Antologi Rasa (Rizal Mantovani/Soraya Films)

6. Asal Kau Bahagia (Rako Prijanto/Falcon Picture) 

7. Ave Maryam (Ertanto Robby Soediskam/Summerland)

8. Bebas (Riri Riza/Miles Films)

9. Bumi Manusia (Hanung Bramantyo/Falcon Pictures)

10. Danur 3: Sunyaruri (Awi Suryadi/MD Pictures)

11. Doremi & You (B.W Putra/Goodwork)

12. Dreadout (Kimo Stamboel/GOODHOUSE PRODUCTION)

13. Dua Garis Biru (Gina S. Noer/Starvision & Wahana Kreator)

14. Ghost Writer (Bene Dion Rajagukguk/Starvision)

15. Gundala: Negeri ini Butuh Patriot (Joko Anwar/Screenplay & Bumilangit Studio

16. Hit & Run (Ody C Harahap/Screenplay Films)

17. Horas Amang (Irham Acho Bahtiar,Steve RR Wantania/Prama Gatra Films)

18. If This is My Story (Djenar Maesa Ayu, Kan Lumé/ Rumah Karya Sjuman, Black Shirt Production, Crossfade Audio Post, SA Films)

19. Iqro: My Universe (Iqbal Alfajri /Yayasan Pembina Masjid Salman ITB, Salman Film Academy, Bumi Prasidi Bi-Epsi, PT Mitra Andalas Visual)

20. Keluarga Cemara (Yandy Laurens/ Visinema Pictures, Ideosource, Kaskus

21. Kucumbu Tubuh Indahku (Garin Nugroho/ fourcolours films, Go-Studio)

22. Kuntilanak 2 (Rizal Mantovani/ MVP Pictures)

23. Mahasiswi Baru (Monty Tiwa/ MNC Pictures) 

24. Mama Mama Jagoan (Sidi Saleh/ Buddy Buddy Picturesl, Bert Pictures)

25. Mantan Manten (Farishad Latjuba/ Visinema Pictures, JD.id, Kaskus)

26. Milly & Mamet: Ini Bukan Cinta & Rangga (Ernest Prakasa/ Starvision, Miles Films)

27. My Stupid Boss 2 (Upi/Falcon Pictures)

28. Orang Kaya Baru (Ody C Harahap/ Screenplay Films, Legacy Pictures

29. Perburuan (Richard Oh/ Falcon Pictures)

30. Pocong The Origin (Chand Parwez Servia/ Starvision)

31. Preman Pensiun (Aris Nugraha/ MNC Pictures)

32. Rumah Merah Putih (Ari Sihasale/ Alenia Pictures)

33. Si Doel The Movie 2 (Rano Karno/ Falcon Pictures, Karnos Film)

34. Terlalu Tampan (Sabrina Rochelle Kalangie/ Visinema Pictures, Kaskus Networks)

35. Twivortiare (Benni Setiawan/ MD Pictures)

36. Yowis Ben 2 (Fajar Nugros, Bayu Skak/ Starvision)

37. Zeta: When the Dead Awaken (Amanda Iswan/ Swan Studio)

Di sini, Anda dapat menonton film pendek Indonesia, berbagai jenis lainnya dari video di WatchFilm, anda juga bisa mencari info tentang film Indonesia favorit Anda di FilmInfo dan membelinya di FilmShop, dan kabar berita terakhir tentang sinema Indonesia

Powered by
Follow Us
E-mail Newsletter

Subscribe to get exclusive videos

Yo, you had better fill this out, it's required.